Fantasi Seks Dalam Keluarga Besar Kami 9

0


Kulihat Mbak Weni sedang asyik dengan hapenya. Entah sedang WA sama siapa. Yang jelas dia sering tersenyum sendiri sambil memandang layar hapenya.

Aku pun langsung naik ke atas bednya yang selalu harum parfum mahal. Ini salah satu yang kusukai pada kakak sulungku itu. Kamarnya selalu harum, apalagi tempat tidurnya ini.

Tak lama kemudian Mbak Weni pun mematikan hapenya, lalu men-charge-nya.

Pada saat itu Mbak Weni juga sudah mengenakan dasternya yang berwarna pink polos. Setelah mematikan lampu terang dan menyalakan lampu tidur berwarna biru, dia naik juga ke atas tempat tidurnya.

“Yong… kamu udah pernah ngerasain begituan sama cewek?” tanyanya.

“Haa? Belum lah.”

“Masa sih?!”

“Sumpah, aku belum pernah begituan. Emangnya kenapa?”

“Megang Vgina cewek sih pernah kan?”

“Belum juga Mbak. Jangankan megang Vgina. Megang toket juga belum pernah.”

“Kasian… udah jadi mahasiswa belum pernah ngapa - ngapain. Padahal kamu ini ganteng lho. Tapi kamu gak pernah memanfaatkan kegantenganmu ini ya?”

Aku tidak menanggapi ucapan kakak sulungku itu.

Mbak Weni bahkan memeluk pinggangku sambil bertanya setengah berbisik, “Kamu mau nyobain seks nggak?”

“Haaa? Sama siapa?” tanyaku kaget.

“Sama aku lah. Emangnya sama kucing? Hihihihiii…”

“Nggak apa - apa Mbak? Kan Mbak Weni kakakku.”

“Nggak apa - apa. Asal bisa nyimpen rahasia aja. Jangan sampai Mama dan saudara - saudara kita tau.”

Sebagai cowok yang baru berumur 18 tahun, tentu saja aku langsung tertarik oleh tawaran Mbak Weni itu. Bahkan pada saat itu juga aku mulai memandang Mbak Weni dari sisi lain. Bukan dari sisi seorang adik kepada kakak kandungnya, melainkan sisi seorang cowok kepada cewek yang cantik dan berperawakan seksi.

“Mau Mbak. Tapi aku belum berpengalaman. Gimana?”

“Gampang soal begituan sie. Dalam semenit dua menit juga bakal langsung pandai,” kata Mbak Weni sambil duduk dan melepaskan daster pink itu lewat kepalanya.

Dan aku cuma bisa terbengong - bengong. Karena Mbak Weni jadi tinggal mengenakan celana dalam saja, sementara toketnya terbuka penuh karena tidak ada beha di balik daster pink itu.

Dengan ragu - ragu kupegang payudara Mbak Weni itu.

Mbak Weni malah mengangsurkan toketnya sambil berkata, “Mau netek kayak bayi? Ayolah… jangan canggung gitu.”

Seperti robot, kulakukan saja apa yang Mbak Weni tawarkan itu. Kukulum pentil toketnya lalu kusedot - sedot seperti bayi yang sedang menetek.

Tapi bukan cuma itu yang bisa kulakukan. Mbak Weni menarik tanganku dan menyelinapkannya ke balik celana dalamnya. Dan langsung menyentuh Vginanya…!


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)